Eh tau gaK seEh? Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diciptakan Wage Rudolf Supratman itu, ternyata merupakan karya jiplakan alias contekan bin plagiat (Ups…., jangan bilang2 yah, ntar disangka makar lagi). Tudingan tersebut datang dari budayawan dan seniman senior Indonesia bernama Remy Sylado. Menurut Remy yang bernama asli Yapi Tambayong ini, lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Leka Leka Pinda Pinda. Remy juga mengungkapkan selain Indonesia Raya, sebuah lagu lain berjudul Ibu Pertiwi juga merupakan karya jiplakan dari sebuah lagu rohani Kristen (lagu gereja itu lho.. ich… amit-amit dech).
Ungkapan tersebut disampaikan Remy Sylado di Jakarta 4 Januari 2007 pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial.
Rupanya founding fathers kita memang sudah terbiasa melakukan jiplak menjiplak. Pancasila, yang diakui Bung Karno (BK) sebagai hasil karyanya dengan memerah nilai-nilai yang hidup di Nusantara, ternyata juga hasil jiplakan dari asas Zionisme dan asas Freemasonry, seperti Monotheisme (Ketuhanan Yang Maha Esa), Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang adil dan beradab), Demokrasi (Musyawarah), dan Sosialisme (Keadilan Sosial).
BK tanpa malu-malu mengatakan Pancasila yang kemudian dijadikan asas negara itu merupakan karya otentiknya. Padahal, karya contekan itu sengaja dijadikan landasan ideologis untuk membendung kecenderungan rakyat Indonesia saat itu yang mau menjadikan Islam sebagai asas. Kemampuan retorika BK yang punya daya ‘sihir’ itu akhirnya bisa mengecoh tokoh Islam saat itu.
Caranya, selain mengatakan Pancasila sebagai ekstrak dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang di Indonesia, BK juga menempatkan sila Ketuhanan di urutan terakhir. Dengan demikian, maka yang diributkan tokoh Islam kala itu adalah bukan Pancasilanya, tetapi urutan sila-silanya. [wah keblinger nich, terkecoh dech]
Maka, tokoh Islam kala itu, berusaha keras memperjuangkan agar sila Ketuhanan berada di urutan pertama. Akhirnya, mereka merasa sudah ‘berhasil’ memperjuangkan kepentingan Islam dengan menempatkan sila Ketuhanan pada urutan pertama. Namun sebenarnya mereka terpedaya. Tokoh umat itu akhirnya sama sekali tidak menolak sebuah karya contekan untuk dijadikan landasan ideologis. Hingga kini.
Karya contekan lain yang diakui Bung Karno sebagai karya otentiknya adalah teks Proklamasi yang dibacakannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagaimana bisa dilihat, dokumen sejarah asli teks Proklamasi berupa tulisan tangan BK, terlihat banyak coretan. Karena sesungguhnya naskah itu merupakan jiplakan dari naskah proklamasi negara Islam yang dibuat SM Kartosoewirjo (SMK).
Proklamasi Negara Islam Indonesia:
Bismillahirrahmanirrahiim,
Asyhaduan Lailaha illallah,
wa asyhaduanna Muhammadarasulullah.Kami ummat Islam bangsa Indonesia menyatakan berdirinya
Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas
Negara Islam Indonesia itu adalah hukum Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Madinah Indonesia, 12 Syawal 1368 H/7 Agustus 1948 H
Imam Negara Islam Indonesia:
SEKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO
Menurut Holk H Dengel, sejak 14 Agustus 1945 sebenarnya SMK sudah mensosialisasikan deklarasi negara Islam. Ketika Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu, SMK sudah mengetahuinya melalui berita radio, dan berusaha memanfaatkan peluang ini untuk sosialiasi proklamasi negara Islam. Maka, SMK pun ke Jakarta bersama pasukan Hizbullah, mengumpulkan masa untuk mensosialisasikan berdirinya negara Islam, dan konsep proklamasi negara Islam kepada masyarakat luas. Di antara yang hadir tampak Sukarni dan Ahmad Subardjo. Dari kedua orang inilah BK mengetahui banyaknya dukungan terhadap sosialisasi berdirinya negara Islam. Maka para pemuda pun berinisiatif ‘menculik’ Soekarno-Hatta yang saat itu sedang berada di persembunyiannya (di Rengas Dengklok) untuk ke Jakarta dan segera memproklamasikan negara sekuler, agar tidak terdahului oleh proklamasi negara Islamnya SMK. Naskah yang dipersiapkan BK berdasarkan ingatan Ahmad Soebardjo dan Sukarni tentang konsep proklamasi yang disiapkan SMK sejak awal Agustus 1945.
Satu lagi, lambang negara RI bendera merah-putih, juga bukan karya otentik founding fathers kita, tetapi “menjiplak” bendera Belanda yang mempunyai tiga warna merah-putih-biru, kemudian ‘diadaptasi’ hanya menjadi merah-putih. Sama persis dengan bendera Monaco. Masih lebih kreatif bangsa Singapura yang juga berbendera merah-putih namun ada tambahan gambar bintang di atasnya.
Coba bayangkan, bagaimana penilaian bangsa lain kepada bangsa Indonesia yang lagu kebangsaannya hasil jiplakan, landasan ideologisnya (Pancasila) karya jiplakan, begitu juga dengan lambang negara merah-putihnya karya ‘adaptasi’ bendera Belanda bukan otentik alias jiplakan juga? Bahkan naskah proklamasi yang dibacakan Soekarno dan menjadi dokumen sejarah itu, juga karya jiplakan!
Malu nian kita sebagai bangsa yang besar ini unutuk melihat kenyataan yang ada. Masihkah harus kita memiliki kebanggan yang sebagai anak negeri? Achhhh….